JAKARTA, KTV – PT Pertamina (Persero) mengungkapkan rencana untuk meningkatkan porsi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat menjadi 60 persen dari total volume impor LPG Indonesia. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari hasil pembicaraan tarif perdagangan antara Indonesia dan AS.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa saat ini proporsi impor LPG dari Negeri Paman Sam sudah mencapai 57 persen dan ada potensi kenaikan menjadi 60 persen. Namun, ia menekankan bahwa wacana tersebut masih dalam tahap penjajakan.
“Peningkatannya akan dilakukan secara bertahap, dan bukan dalam bentuk penambahan volume impor, melainkan pengalihan asal negara pemasok LPG ke Amerika Serikat,” jelas Fadjar di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, pengalihan ini akan dilakukan seiring dengan berakhirnya kontrak-kontrak jangka pendek dari negara pemasok lainnya. Dalam hal ini, Pertamina memiliki dua jenis kontrak impor LPG, yakni jangka panjang dan jangka pendek.
“Yang akan disesuaikan adalah kontrak jangka pendek yang habis masa berlakunya,” ujarnya.
Fadjar juga menegaskan bahwa hingga kini belum ada nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani terkait peningkatan impor LPG dari AS. MoU yang telah diteken sejauh ini hanya menyangkut pembelian minyak mentah dari pihak Amerika.
Rencana peningkatan kerja sama ini juga dipengaruhi oleh kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat terhadap Indonesia, yang kini turun dari 32 persen menjadi 19 persen.
Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa penurunan tarif tersebut merupakan bagian dari hasil kesepakatan perdagangan dengan Presiden RI Prabowo Subianto. Kesepakatan tersebut juga mencakup komitmen pembelian produk energi AS senilai USD 15 miliar (sekitar Rp244 triliun), produk pertanian senilai USD 4,5 miliar (sekitar Rp73,1 triliun), serta 50 unit pesawat Boeing.
