TENGGARONG, KTV – Menjelang pembukaan pesta adat dan budaya Erau Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, prosesi sakral Beluluh dilaksanakan di Kedaton Kesultanan pada Kamis (18/9). Ritual ini dijalani oleh Sultan Aji Muhammad Arifin sebagai penanda dimulainya rangkaian Erau yang akan resmi dibuka pada 21 September dan berlangsung selama sepekan di Kota Raja Tenggarong.
Hadir dalam upacara tersebut Asisten III Setkab Kukar Dafip Haryanto, unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), kepala perangkat daerah, kerabat kesultanan, dan para undangan.
Menurut Kerabat Kesultanan Heriansyah Gelar Pangeran Noto Negoro, Beluluh bermakna pembersihan diri bagi Sultan sekaligus doa keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Tradisi ini selalu menjadi awal dari seluruh rangkaian Erau,” jelasnya.
Mewakili Bupati Aulia Rahman Basri, Dafip menegaskan komitmen Pemkab Kukar untuk terus mendukung pelestarian adat istiadat Kesultanan. “Ritual-ritual sakral memiliki nilai luhur yang memperkuat identitas budaya daerah. Di tengah arus digitalisasi, generasi penerus harus tetap mengenal tradisi ini,” katanya.
Ia juga menyinggung program Dedikasi Kukar Idaman Terbaik dalam bidang seni budaya, yang salah satunya memberi ruang khusus bagi Keraton Kesultanan Kutai sebagai pusat tradisi. Program tersebut meliputi pembinaan sanggar seni, fasilitasi legalitas, promosi, hingga peningkatan kapasitas SDM seni budaya daerah.
Prosesi Beluluh sendiri dipimpin seorang Belian (tokoh spiritual laki-laki), dengan Sultan duduk di balai bambu kuning setinggi tiga tingkat yang memiliki 41 kaki. Selama ritual, Sultan mendapat siraman air bunga dan tempong tawar dari Dewa (tokoh spiritual perempuan). Usai prosesi, sesuai adat, Sultan tidak diperkenankan menginjak tanah langsung hingga seluruh rangkaian Erau selesai.
Selain Beluluh, Forkopimda juga mengikuti prosesi Ketikai Lepas yang melambangkan pelepasan segala hal buruk. Acara kemudian ditutup doa bersama dan jamuan makan di Kedaton.
