JAKARTA, KTV – Ahli telematika Roy Suryo mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan 85 pertanyaan dari penyidik Polda Metro Jaya saat menjalani pemeriksaan terkait dugaan ijazah palsu milik Presiden Joko Widodo. Proses pemeriksaan tersebut, menurut Roy, berlangsung cukup cepat meskipun mencakup 55 halaman pertanyaan.
“Total ada 85 pertanyaan dalam 55 halaman. Tapi bisa selesai dengan cepat,” ujar Roy saat ditemui di Jakarta, Senin (7/7).
Namun, Roy menjelaskan bahwa dirinya hanya menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan data diri. Ia memilih tidak menanggapi pertanyaan lain yang menurutnya tidak relevan dengan posisinya dalam kasus ini.
“Saya hanya menjawab yang terkait identitas. Selebihnya saya anggap tidak relevan karena tidak ada keterkaitan langsung, baik dari sisi waktu maupun tempat kejadian (tempus dan locus),” jelasnya.
Roy juga mengaku heran terhadap laporan sejumlah pihak yang memperkarakan kasus tersebut. Menurutnya, lima pelapor yang ada tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) yang sah, bahkan di antaranya mengatasnamakan profesi pengacara.
“Aneh saja, ada pengacara kok malah bertindak sebagai pelapor. Mereka tidak punya legal standing yang jelas,” tambahnya.
Terkait ketidakhadirannya dalam pemanggilan sebelumnya, Roy mengatakan hal itu disengaja karena surat pemanggilan yang diterima dinilainya tidak lengkap.
“Undangan pertama kami sepakat tidak datang karena tidak ada informasi mengenai siapa yang dilaporkan, serta tidak dicantumkan waktu dan tempat kejadian,” ungkap Roy.
Di sisi lain, pihak kepolisian menyatakan telah memeriksa 49 orang saksi dalam penyelidikan kasus dugaan ijazah palsu ini. Juru bicara Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi, menyampaikan bahwa seluruh saksi tersebut dianggap mengetahui, mendengar, atau melihat informasi yang berkaitan dengan perkara ini.
“Pemeriksaan terhadap 49 saksi telah dilakukan dalam tahap penyelidikan, termasuk pihak terlapor,” kata Ade Ary pada Kamis (3/7).
