Bupati Buka Raker MUI Kukar

TENGGARONG, KTV – Bupati Kutai Kartanegara dr Aulia Rahman Basri membuka Rapat Kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kukar 2025 di Hotel Grand Elty Tenggarong, Minggu (31/8).
Tampak hadir dalam acara tersebut Kapolres Kukar AKBP Khairul B, Sekda Kukar Dr H Sunggono, Kepala Kesbangpol Rinda Desianti, Pengurus MUI Provinsi Kaltim, Ketua MUI Kukar KH Abdul Hanan, Para ulama, tokoh agama, dan para pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Kutai Kartanegara beserta jajaran MUI di tingkat kecamatan dan komisi-komisi, para Kepala Perangkat Daerah terkait, Ketua dan Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan sejumlah undangan lainnya.

Menurut KH Abdul Hanan, Raker MUI ini diikuti pengurus MUI dan Ketua Komisi MUI Se-Kukar, raker ini dapat terselenggara berkat perhatian yang besar dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara kepada MUI, kegiatan ini dirangkai juga dengan penyerahan dana hibah yang akan digunakan untuk biaya operasional MUI Kukar hingga semua pengurus MUI Kecamatan.Kegiatan ini berlangsung selama 2 ( dua ) hari yaitu, Tanggal 31 Agustus – 01 September 2025 di Hotel Grand Elty Tenggarong.

Sementara itu, Bupati Kukar dr Aulia Rahman Basri saat membuka raker mengatakan, ia menyadari bahwa, pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara tidak bisa berjalan dengan baik tanpa kolaborasi dan peran serta stakeholder, pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat dan salah satunya para alim ulama. Aulia sepakat bahwa peran alim ulama ini mempunyai peran strategis atau sangat sentral sebagai guardian of values yaitu penjaga nilai-nilai keagamaan, etika sosial, dan kearifan lokal yang menjadi fondasi kokoh masyarakat Kutai Kartanegara yang Idaman Terbaik.

Sebagai lembaga fatwa, konsultatif, dan koordinatif dalam kehidupan keagamaan, MUI bukan hanya menjadi mitra pemerintah dalam menghadirkan kebijakan yang berbasis syariah dan nilai-nilai keislaman, tetapi juga menjadi agent of moral development yang mampu membentuk karakter bangsa, memperkuat ketahanan sosial, dan mendorong terwujudnya tatanan masyarakat yang adil, beradab, dan berkeadaban. Apalagi dalam menghadapi situasi yang kondusif saat ini,

Aulia sangat berharap peran serta para alim ulama di tiap tiap kecamatan dan desa untuk menjadi tokoh dalam menjaga keamanan dan ketertiban didaerah. “Mari kita sama sama berdoa semoga apa yang terjadi di Jakarta,Makasar,NTB, Surabaya tidak terjadi di Kutai Kartanegara”,Harap Aulia.

Aulia menghimbau peserta raker untuk bisa memberikan pesan pesan moral terutamanya kepada anak anak yang mungkin ikut demontrasi agar menjaga emosi, agar aspirasi yang disampaikan bersifat konstruktif,tertib tanpa anarkis.

Alim ulama mempunyai hubungan erat dan baik engan masyarakat ,sangat sentral dan vital.Apapun yang terjadi atau konsep untuk dana operasional MUI Kedepan akan selalu mendapat perhatian Pemkab Kukar.

Aulia juga menyampaikan tentang Program Kukar Idaman Terbaik dimana Pemkab Kukar akan memberikan Program Umroh gratis bagi guru mengaji,ustad ustadzah, marbot masjid, pemandi jenazah ,para alim ulama tapi secara bertahap, sesuai dengan persyaratan yang berlaku,yang jelas jaga persatuan dan kesatuan,jangan mudah diprovokasi di lapangan.

Ada 17 Program Dedikasi Terbaik, bukanlah sekadar kebijakan teknokratis, melainkan merupakan strate transformasi sosial yang membuka peluang besar bagi lembaga-lembaga keagamaan seperti MUI untuk tidak hanya bergantung pada dana operasional dari pemerintah, tetapi juga mampu mengakselerasi kemandirian melalui pemanfaatan peluang-peluang yang ada, secara filosofis mencerminkan penghargaan terhadap para pelaku aktivitas keagamaan. Program ini dirancang sebagai bentuk empowerme keagamaan yang berkelanjutan, salah satunya melalui bantuan Rp25 juta untuk kegiatan keagamaan di masyarakat, yang dapat dimanfaatkan oleh MUI dalam menggerakkan program-program dakwah, pendidikan agama.

Program “Bantuan Sekolah Swasta/Pondok Pesantren Idaman Terbaik”, yang menjadi bagian integral dari komitmen kami terhadap pemerataan pendidikan berbasis nilai-nilai keagamaan. Program ini memberikan dukungan langsung berupa bantuan kesejahteraan dan peningkatan kapasitas guru, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah swasta dan pondok pesantren. Melalui program ini, MUI dapat berperan aktif dalam mengawal kualitas pendidikan keagamaan, memastikan bahwa pesantren dan lembaga pendidikan Islam tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Selain itu, melalui Program “RT-Ku Terbaik”, yang memberikan bantuan sebesar Rp150 juta per RT, terdapat alokasi untuk kompensasi program bagi setiap keluarga minimal Rp1 juta per tahun. Ini merupakan peluang besar bagi MUI untuk berkolaborasi dalam merancang program pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, majelis taklim, atau pesantren, sehingga lembaga keagamaan tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga menjadi pusat ekonomi umat yang produktif dan mandiri.

Lebih jauh lagi, MUI dapat memanfaatkan Program “Kredit Kukar Idaman Terbaik”, yang memberikan akses kredit hingga Rp500 juta tanpa bunga bagi UMKM, petani, peternak, dan nelayan. Dengan sedikit kreativitas dan pendampingan, MUI dapat membentuk usaha sosial keagamaan—seperti koperasi syariah, peternakan wakaf, atau pusat produksi pangan halal—yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan umat, tetapi juga memperkuat peran MUI sebagai lembaga ekonomi umat yang visioner dan berkelanjutan.

Kemandirian MUI bukan berarti melepaskan diri dari dukungan pemerintah, melainkan membangun kapasitas internal agar MUI mampu menjalankan fungsi fatwa, edukasi, dan pengawasan sosial dengan lebih otoritatif, profesional, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penyerahan dana operasional MUI tingkat kecamatan dan komisi-komisi pada hari ini bukan sekadar bentuk bantuan, tetapi merupakan investasi sosial dalam memperkuat governance keagamaan.

Namun, juga harus jujur mengakui bahwa tantangan ke depan semakin kompleks: arus globalisasi, pergeseran budaya akibat perkembangan teknologi informasi, radikalisme, serta degradasi moral di kalangan generasi muda, menuntut respons yang lebih proaktif dari MUI. Di sinilah pentingnya sinergi antara fatwa, edukasi, dan inovasi. MUI harus mampu merespons dinamika zaman dengan fatwa yang kontekstual, dakwah yang moderat, dan pendidikan agama yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Untuk itu, ia mengajak MUI Kabupaten Kutai Kartanegara untuk tidak hanya menjadi lembaga reaktif, tetapi juga menjadi think tank keagamaan yang mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan strategis dalam pembangunan karakter bangsa, penguatan moderasi beragama, dan perlindungan terhadap nilai-nilai luhur masyarakat Kutai yang religius, toleran, dan berbudaya.

Dalam kerangka Kukar Idaman Terbaik, kita tidak sedang membangun daerah semata, tetapi sedang membangun peradaban. Dan peradaban yang besar tidak dibangun oleh infrastruktur megah semata, melainkan oleh manusia-manusia yang berakhlak mulia, berilmu, dan bertakwa. Di titik inilah MUI memiliki peran yang tak tergantikan.
Saya percaya, dengan dukungan dana operasional yang kita serahkan hari ini, ditambah dengan pemanfaatan strategis dari program terbaik, MUI akan semakin mandiri, profesional, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai rumah keilmuan umat, penjaga moral bangsa, dan mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang maju, sejahtera, dan berkelanjutan.

Diakhir sambutannya Aulia Rahman Basri menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pengurus MUI, dari tingkat kabupaten hingga kecamatan, atas dedikasi, keteguhan, dan kontribusi nyata dalam menjaga keharmonisan sosial, memperkuat keimanan umat, dan membimbing masyarakat dalam menjalani kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis kepada pengurus MUI Kecamatan Kota Bangun dan Komisi Informatika dan Komunikasi MUI Kukar masing masing sebesar Rp 8,8 juta.(**)

Related Post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top