SAMARINDA, KTV – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur menggelar Pertemuan Tahunan Forum Energi Daerah Provinsi Kaltim, Kamis (16/10).
Acara tersebut berlangsung di Hotel Mercure Samarinda dan dibuka oleh Kepala Dinas ESDM Provinsi Kaltim, Bambang Arwanto. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Dalam sambutannya, Bambang Arwanto menjelaskan bahwa sektor pertambangan, suka tidak suka, masih menjadi penyumbang terbesar perekonomian daerah. Berdasarkan data tahun 2024, realisasi produksi batu bara Kaltim mencapai sekitar 436,7 metrik ton atau 52,1 persen dari produksi nasional.
“Hal ini sejalan dengan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan penyumbang terbesar, yakni 38,6 persen untuk Kaltim,” ujarnya.
Bambang menambahkan, meskipun kewenangan kegiatan pertambangan telah beralih ke pemerintah pusat, namun lokasi kegiatan yang berada di wilayah Kaltim tetap menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tidak dapat dihindarkan.
Ia menekankan bahwa transformasi sektor energi Kaltim merupakan hal yang krusial. Strategi transformasi ekonomi dari sumber daya tak terbarukan menuju sumber daya terbarukan hanya dapat diwujudkan bila terdapat keseimbangan antara pilar ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam perencanaan pembangunan menuju ekonomi hijau.
“Percepatan transformasi ekonomi dan perencanaan yang komprehensif merupakan salah satu strategi pembangunan yang dapat diterapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan tanpa menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat,” jelasnya.
Untuk mengawal proses tersebut, Pemerintah Provinsi Kaltim melalui Forum Konsultasi Daerah Transformasi Ekonomi telah menyusun kegiatan ekonomi prioritas sebagai pengganti sektor pertambangan. Program itu mencakup 15 kegiatan, di antaranya minyak kelapa sawit (CPO), udang windu, listrik dan gas energi baru terbarukan (EBT), cleopangan (seperti minyak goreng dan margarin), serta oleokimia (seperti biodiesel dan fatty alcohol).
Bambang menegaskan, kompleksnya jalan yang harus ditempuh Kaltim dalam melaksanakan transformasi ekonomi dan transisi energi tidak mungkin dilakukan pemerintah sendiri.
“Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, pelaku usaha, mitra pembangunan, dan masyarakat untuk mewujudkannya,” katanya.
Melalui Forum Energi Daerah ini, diharapkan dapat terjalin sinergi dan terhimpun berbagai masukan dari seluruh pemangku kepentingan. Hasilnya akan dirumuskan sebagai bahan kebijakan strategis demi mewujudkan Kaltim Sukses menuju Generasi Emas sebagai tonggak awal pembangunan daerah yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.(**)